hai semua orang yang aku sayangi.....
Perkenalkan namaku FARIT LIZA,
dulu orang memanggilku dengan nama Oza, tapi sekarang aku sering
dipanggil dengan nama FARIT .Aku lahir di Semarang pada tanggal 20
September 2004 di Rumah Sakit Ibu dan Anak BAHAGIA.
Aku lahir dari seorang ibu yang bernama EVIYANTI WIDIYASTUTI dan ayahku namanya JAJANG KUSUMA
Aku
lahir dengan normal dengan berat badan 3 kg dan panjang 50 cm.Kata mama
ku aku lahir dengan mudah dan cepat,tanpa memerlukan proses yang lama.
Dari bayi sampai aku berumur 2 tahun aku hampir jarang sakit.Paling batuk pilek atau diare diberi obat trus sembuh.
Sampai
suatu hari di tahun 2006 aku demam tinggi sampai harus rawat inap
dirumah sakit selama 3 hari,karena takutnya dokter ku aku kena demam
berdarah atau typhus,tapi setelah dicek laboratnya semua negatif
hasilnya sampai dokter ku juga bingung trus aku hanya diberi antibiotik
aja,akhirnya karena aku udah baikan dan hasil labnya negatif aku pulang
kerumah.
Pada bulan February 2007 tiba tiba aku demam tinggi lagi
dan mamaku kembali membawa aku ke dokter Hapsari untuk memeriksakan aku
dan dr.Hapsari menyuruh mamaku untuk cek laborat lagi.
Dari
hasil lab tersebut Dr.Hapsari bilang dia tidak menemukan adanya Demam
Bedarah ataupun typhus cuma dr.hapsari bilang untuk anak cowok biasanya
kadar hemoglobin nya minimal 12 tapi kenapa waktu itu aku hanya 9
saja.Akhirnya dr.Hapsari memberiku resep antibiotik dan vitamin lagi dan
beberapa hari kemudian aku sudah sembuh lagi.
Selama rentang
waktu dr bulan February sampai Mei 2007 kata mamaku aku sering jatuh
tiba-tiba bahkan pernah suatu pagi saat aku bangun pagi aku tidak mau
jalan karena kaki ku terasa sakit sekali.Kemudian ayahku memancingku
agar mau jalan aku disuruh naik tangga karena kesukaanku waktu itu
adalah naik turun tangga.akhirnya aku mau jalan lagi dan sudah tidak
terasa sakit lagi.
Namun itulah sebenarnya awal dari sakitku.
Pada tanggal 10 Maret 2007 aku punya adik yang bernama FAREL CAKRA SYACHPUTRA, aku senang sekali karena aku bisa punya teman bermain.
Namun
disaat aku bahagia dengan kehadiran adikku pada bulan Mei 2007 wajahku
terlihat pucat sekali dan mamaku membawaku untuk cek laborat.
Pada
sore hari dengan membawa hasil laborat itu mama dan ayahku membawaku ke
dokter,dan alangkah terkejutnya kedua orang tuaku karena dokter bilang
kadar HB ku tinggal 7 dan dokter menyuruh kedua orang tuaku untuk
membawa aku ke dokter spesial darah.
Akhirnya aku dibawa ke
dr.Bambang Sudarmanto,dan aku harus melakukan sejumlah test tentang
darah dan setelah hasil laboratnya selesai orang tuaku membawaku kembali
menemui dr.bambang dan dokter itu berkata bahwa aku terkena thalasemia
minor dan harus menjalani transfusi darah. Dokter tersebut berharap
hanya dengan sekali transfusi mudah mudahan sudah bisa menolongku.
Paginya
mamaku membawaku ke rumah sakit Dr.Kariadi untuk menjalani transfusi
darah,ayahku pergi ke PMI untuk mencari darah yg sama dg golongan
darahku tapi ternyata disana sedang kosong sehingga ayahku harus mencari
sendiri.Itulah pertama kalinya aku menjalani transfusi darah agar kadar
HB ku bisa normal,dan paginya setelah dicek kadar HB ku sudah naik
menjadi 10 dan aku diperbolehkan pulang.
Hari hari ku selanjutnya
berjalan seperti biasa.namun ternyata setelah 1 bulan berlalu tiba tiba
aku kembali pucat lagi dan orang tuakupun akhirnya memeriksakan kembali
aku kelaborat untuk mengecek kadar HB ku lagi.
Saat hasil laborat
tersebut di bawa ke dr.Bambang ternyata kadar HB ku sudah menurun lagi
menjadi 6 hanya dalam jangka waktu 1 bulan.Orang tuaku menanyakan pada
dr.Bambang kenapa aku bisa seperti ini,dan dokter itu bilang aku harus
bersyukur karena tidak setiap minggu aku transfusi karena jika
thalasemia mayor bisa setiap minggu bahkan ada yg harus setiap 3 hari
sekali. Aku pun harus menjalani transfusi yang ke 2.
Hingga bulan
berikutnya tiba tiba yang biasanya hanya kadar HB ku saja yang turun
kali ini yang ikut turun adalah trombositku.Dan orang tuaku menanyakan
pada dokter tapi jawaban dokter itu katanya tidak apa apa kadang begitu
nanti jika ditransfusi akan naik sendiri.Tapi ternyata justru
trombositku semakin turun terus dan dokter menyuruh ku untuk menjalani
test yang disebut BMP(Bone Marrow) yaitu pengambilan sampel darah dari
sumsum tulang belakangku agar mengetahui ada apa dengan trombositku atau
penyakit apa yang ada didalam tubuhku.Orang tuaku disuruh berpikir dulu
karena hanya itu satu satunya jalan untuk mengetahui penyakitku dan
dokter itu bilang dia tidak ingin menakut-nakuti orang tuaku tapi kata
dokter itu ada indikasi ke arah Leukemia.Kamipun kembali kerumah tapi
dokter itu bilang jika ada apa apa denganku cepat bawa ke rumah
sakit.Ternyata paginya tiba tiba badanku panas tinggi dan
menggigil,orang tuaku akhirnya membawa aku ke RS.Panti Wilasa Citarum
dan memutuskan setuju untuk melakukan test BMP padaku.
Tapi karena
kadar Trombositku terlalu rendah juga HB ku aku harus menjalani
transfusi darah putih dulu.Setelah mencukupi kadar trombositku aku
menjalani test BMP.Selama 1 minggu aku berada di rumah sakit
tersebut.Akupun diperbolehkan pulang kerumah sambil menunggu hasil BMP
ku yang kurang lebih 1 minggu baru terlihat hasilnya.
Orang tuaku tiada henti berdoa setiap hari memohon yang terbaik untukku dan berharap bahwa sakitku bukan leukemia.
Saat
hasil BMP telah jadi orang tuaku membawa hasil BMP ku pada dr. Bambang
dan ternyata perkiraan dokter tersebut bahwa aku terkena leukemia
adalah benar adanya dan aku harus menjalani serangkaian kemoterapi
selama kurang lebih 2 tahun.Orang tuaku pastilah sangat sedih dan shock
karena aku terkena leukemia.
Pada bulan Agustus 2007 aku
menjalani kemoterapi yang pertama begitu seterusnya hampir setiap minggu
aku dimasukkan obat untuk membunuh cancerku.
Mamaku selalu setia menemaniku dan tiada henti berdoa memohon kepada Tuhan agar aku diberi jalan kesembuhan.
Banyak
biaya yang sudah dikeluarkan oleh kedua orang tuaku sampai - sampai
ayahku meminta ijin di kantor untuk membayar secara menyicil karena
biaya yang over limit dari yang di tanggung pihak asuaransi.
Hingga
suatu hari Ayahku membawa kabar menggembirakan bahwa pimpinan perusahaan
di mana tempat ayahku bekerja menyuruh kami untuk melakukan cek ulang
di singapura apakah aku benar leukemia atau tidak sebagai second
opinion. Itu jalan keluar yang tidak pernah terbayangkan oleh ayahku dan
mamahku. Entah kenapa, banyak yang memberi perhatian kepada kami pada
saat kami kesusahan , khususnya pimpinan kantor ayahku namanya Ibu Lily
Koo. Beliau sangat care sama aku sampai - sampai perhatian yang
diberikan seperti bagaikan anak kandung sendiri, terima kasih tuhan atas
semua kemudahan ini.
Hingga suatu hari ayahku menyempatkan diri
untuk memberikan sumbangan ala kadarnya ke anak yatim piatu sebagai
ungkapan rasa syukur dan minta doanya semoga aku diberi kesembuhan dan
diberi jalan keluar untuk terbebas dari leukimia.
Kebetulan program kemoterapi ku di semarang sedang libur jadi aku bersama orang tuaku berangkat ke singapura.